
10 Jun Puisi-Puisi Adrienne Rich
HIDUP DALAM GUA
Membaca Alegori Gua
ketika hidup dalam gua,
lumut hitam
mematikan langkah kakiku
lilin menusuk-nusuk tebing batu
mengaburkan mataku
Inilah yang mengelilingiku, dengan
persyaratan harian:
isi aku, kosongkan aku
bicara padaku, hangatkan aku, biarkan aku
menghisapmu
Setiap dari mereka punya sebuah rencana yang bergantung padaku
stalaktit ingin menjadi
stalagmit
urat-urat bijih
membayangkan betapa berharganya mereka
lilin melihat dirinya terlepas dari tubuh
menjadi gas
dan terbang
kelelawar menggelayut bermimpi
dari dunia yang lapang
Tak ada dari mereka, tak satupun
melihatku
seperti aku melihat mereka
1972
PERKOSA
Ada seorang polisi yang perampas sekaligus pembela:
dia berasal dari blokmu, tumbuh bersama abang-abangmu,
punya ideal tertentu.
Kau hampir tak mengenali dia dalam sepatu bot dan lencana peraknya,
di atas kuda, satu tangan mengokang pistolnya.
Kau hampir tak mengenalnya tetapi kau harus mengenalnya:
dia punya akses ke mesin yang bisa membunuhmu.
Dia dan kuda jantannya seperti panglima perang di antara sampah,
cita-citanya menjulang di udara, suatu awan beku
dari antara bibirnya yang tanpa senyum.
Maka, ketika saatnya tiba, kau harus berpaling kepadanya,
sperma si maniak masih mengolesi pahamu,
pikiranmu berputar seperti orang gila. Kau harus mengaku
Baginya, kau bersalah atas kejahatan itu
karena telah dipaksa.
Dan kau melihat mata birunya, mata biru dari semua keluarga
yang kau kenal, menyempit dan berkilau,
tangannya mengetik rincian-rinciannya
dan dia menginginkan semua
tetapi histeria dalam suaramu amat menyenangkan dia.
Kau hampir tak mengenalnya tetapi sekarang dia pikir dia mengenalmu:
dia telah mengambil momen terburukmu
pada mesin dan memasukkannya ke dalam berkas.
Dia tahu, atau mengira dia tahu, seberapa banyak yang kau bayangkan;
dia tahu, atau mengira dia tahu, apa yang kau diam-diam inginkan.
Dia memiliki akses ke mesin yang bisa membuat kau tersingkir;
dan jika, dalam cahaya yang memuakkan dari kantor polisi,
dan jika, dalam cahaya yang memuakkan dari kantor polisi,
rincianmu terdengar bak sebuah potret pelapormu,
apakah kau akan menelan, apakah kau akan menyangkalnya, apakah kau akan berbohong sekembalimu ke rumah?
1972
MENYELAM KE DALAM KARAM
Mula-mula melahap buku mitos,
dan mengemas kamera,
dan memeriksa ujung mata pisau,
Aku memakai
pelindung tubuh dari karet hitam
alas renang konyol
topeng aneh dan berat.
Aku harus melakukan ini
tidak seperti Cousteau dengan
tim telatennya
naik ke kapal yang bermandikan matahari
tapi di sini sendiri.
Ada tangga.
Tangganya selalu ada di sana
menggantung dengan tanpa dosa
dekat dengan sisi sekunar.
Kami tahu untuk apa,
kami yang pernah menggunakannya.
Jika tidak
itu adalah bagian dari benang maritim
semacam peralatan gala.
Aku turun.
Janjang demi janjang dan diam
oksigen membenamkanku
cahaya biru
atom-atom yang jelas
dalam udara manusia kita.
Aku turun.
Alas renangku melumpuhkanku,
Aku merangkak seperti serangga menuruni tangga
dan tidak ada seorang pun
untuk memberitahuku kapan lautan
akan bermula.
Pertama udaranya biru dan kemudian
membiru dan kemudian hijau dan kemudian
hitam dan aku pingsan dan meski
topengku sangat kuat
itu memompa darahku dengan kuatnya
laut adalah cerita lain
laut bukanlah masalah kekuasaan
Aku harus belajar sendirian
untuk mengubah tubuhku tanpa paksaan
dalam elemen yang dalam.
Dan sekarang: mudah untuk lupa
untuk apa aku datang
di antara begitu banyak yang selalu
tinggal di sini
mengayunkan kipasan kakunya
di antara terumbu karang
dan selain itu
Kau bernafas berbeda di sini.
Aku datang untuk menjelajahi karam.
Kata-kata adalah tujuan.
Kata-kata adalah peta.
Aku datang untuk melihat kerusakan yang telah terjadi
dan harta yang tersimpan.
Aku mengayunkan sorot lampuku
perlahan di sepanjang sisi
sesuatu yang lebih permanen
dari ikan atau rumput liar
suatu sebab kenapa kudatangi:
karam dan bukan kisah kecelakaan karamnya
hal itu sendiri dan bukan mitos
wajah tenggelam yang selalu menatap
menuju matahari
bukti kerusakan
usang oleh garam dan goyah ke dalam keindahan tambal sulam ini
rusuk-rusuk bencana
melengkungkan pernyataan mereka
di antara penghuni sementara.
Ini tempatnya.
Dan aku di sini, putri duyung yang rambutnya gelap
bergelombang hitam, duyung dalam tubuh zirahnya
Kami berputar pelan-pelan
di sekitar karam
kami menyelam ke dalam palka.
Akulah dia: akulah ia
yang wajahnya tenggelam tidur dengan mata terbuka
yang payudaranya masih menanggung tekanan
yang muatan perak, tembaga, perunggunya terletak
secara tak kasat dalam tong
setengah terjepit dan dibiarkan membusuk
kami adalah instrumen setengah hancur
yang pernah sekali dalam sebuah gelanggang
kayu gelondongan yang dimakan air
kompas kotor
kami, aku, kau
dengan kepengecutan atau keberanian
orang yang menemukan jalan kita
kembali ke adegan ini
membawa sebuah pisau, sebuah kamera
sebuah buku mitos
yang dengannya
nama-nama kami tak muncul.
1972
Catatan:
- Diterjemahkan oleh Arif Abdurrahman dari Living in the Cave, Rape, dan Diving Into the Wreck dalam kumpulan puisi Adrienne Rich.
- Adrienne Rich adalah suara tunggal dari generasinya dan salah satu penyair Amerika paling penting. Ia membawa diskusi tentang gender, seksualitas, ras, dan kelas ke garis depan wacana puitis. Misi Panjang dan mendesaknya adalah untuk mengartikulasikan dan mengukuhkan sebuah visi progresif untuk bahasa dan untuk hidup. Visi utamanya, dalam redaksi kata-katanya sendiri: “Penciptaan masyarakat tanpa dominasi.” Pada tahun 1974, Diving Into the Wreck memenangkan National Book Award, penghargaan besar bagi seorang penyair. Tetapi Rich menolak penghargaan itu, sebagai individu. Sebaliknya, ia menerimanya atas nama semua penulis wanita yang tak dikenal. Itu adalah sikap publik yang berani pada waktu yang bergejolak itu. Ada banyak hal yang terjadi di Amerika Serikat ketika puisi ini ditulis. Ada Perang Vietnam, perjuangan untuk hak-hak perempuan, dan gema Gerakan Hak Sipil tahun 60-an. Dalam banyak hal, Rich adalah bagian utama dari dunia itu. Dia adalah seorang penyair yang sangat politis. Dia geram akan perang, dan dia juga seorang feminis bandel. Rich tak sungkan menghubungkan pekerjaannya sebagai seorang penyair dengan perasaannya tentang keadilan sosial. Jilid puisi lainnya termasuk A Wild Patience Has Taken Me This Far (1981), The Fact of a Doorframe (1984), Atlas of the Difficult World (1991), Tonight No Poetry Will Serve (2011), dan koleksi anumerta Later Poems: Selected and New (2012). Adrienne Rich meninggal pada 27 Maret 2012, di usia 82 tahun di rumahnya di Santa Cruz, California. Putranya, Pablo Conrad, melaporkan bahwa kematiannya disebabkan oleh rheumatoid arthritis menahun. Melalui esai, artikel, dan ceramahnya, Rich berkontribusi pada perdebatan feminis. Of Woman Born (1976), masih menjadi salah satu penaksiran feminisme yang paling sensitif tentang keibuan: “Semua kehidupan manusia di planet ini lahir dari wanita,” tulisnya. “Satu-satunya pengalaman yang menyatu dan tak terbantahkan yang dimiliki oleh semua wanita dan pria adalah bahwa selama berbulan-bulan yang kita habiskan berlangsung di dalam tubuh wanita. Namun ada kekurangan penjelasan yang aneh untuk membantu kita memahami dan mempergunakannya.”
___
Ilustrasi: Lana Syahbani

No Comments